Oleh: Mirza Esvanti
mediabrantas.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur memainkan peran yang sangat vital dalam menopang ekonomi daerah dan bahkan nasional.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sektor UMKM di Jawa Timur menyumbang lebih dari 57% terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) serta menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 90% angkatan kerja di wilayah ini.
Data ini menegaskan bahwa UMKM bukan sekadar sektor bisnis kecil yang tersebar di banyak sudut wilayah, melainkan pilar ekonomi yang menjadi penopang stabilitas sosial dan ekonomi Jawa Timur.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh UMKM masih kompleks dan membutuhkan penanganan lintas sektor. Sebagian besar UMKM di Jawa Timur, khususnya di kota-kota yang berkembang seperti Surabaya, Malang, dan Sidoarjo, masih menghadapi keterbatasan modal dan akses teknologi.
Padahal, akses terhadap permodalan yang lebih inklusif dan keterampilan teknologi yang memadai dapat mendorong UMKM untuk berkembang lebih pesat, meningkatkan produktivitas, serta memperluas pasar hingga ke ranah digital.
Akses modal menjadi kendala utama bagi banyak UMKM di Jawa Timur yang ingin mengembangkan usahanya. Banyak pelaku UMKM kesulitan mengakses pinjaman dari bank akibat keterbatasan jaminan dan persyaratan administratif yang ketat. Untuk itu, pemerintah dan lembaga keuangan perlu menciptakan solusi inovatif, seperti program kredit berbunga rendah dengan persyaratan yang lebih sederhana.
Selain itu, kehadiran platform fintech yang semakin kuat di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk membantu UMKM mendapatkan modal secara cepat dan mudah, dengan tetap menjaga keamanan transaksi.
Selain akses modal, transformasi digital adalah kebutuhan mendesak bagi UMKM di Jawa Timur. Teknologi dapat menjadi jembatan bagi UMKM untuk memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi. Dengan mengoptimalkan media sosial dan e-commerce, UMKM dapat menjangkau pelanggan yang lebih luas, tidak terbatas pada wilayah lokal.
Pelatihan digital yang intensif dan penyediaan infrastruktur internet di daerah-daerah terpencil akan sangat membantu UMKM dalam menavigasi peluang ini. Pemerintah daerah dan komunitas bisnis juga bisa mendorong penggunaan platform online lokal yang menyediakan panggung bagi produk UMKM asli Jawa Timur.
Lebih lanjut, kualitas produk dan branding perlu menjadi perhatian untuk memperkuat daya saing UMKM di Jawa Timur. Banyak produk UMKM di Jawa Timur, seperti batik khas Madura, kopi dari Bondowoso, dan aneka olahan makanan, memiliki potensi untuk menembus pasar nasional hingga internasional.
Pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk dan proses sertifikasi yang lebih mudah akan membantu UMKM mencapai standar yang dibutuhkan pasar. Branding produk yang tepat akan memperkuat identitas dan menarik minat konsumen, khususnya dari kalangan generasi muda yang semakin peduli dengan produk-produk lokal.
Kerja sama yang solid antara pemerintah, pelaku bisnis besar, perguruan tinggi, dan komunitas UMKM adalah kunci untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan UMKM di Jawa Timur. Program inkubator, misalnya, bisa menjadi sarana bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan keterampilan dan memperluas jaringan. Inisiatif seperti “Bangga Buatan Indonesia” bisa diperkuat dengan dukungan lokal, seperti program “Bela Beli Produk Jawa Timur,” yang mendorong masyarakat setempat untuk membeli produk dari UMKM lokal sebagai bentuk dukungan ekonomi.
Dalam jangka panjang, penguatan UMKM di Jawa Timur akan berkontribusi besar pada perekonomian Indonesia. Dengan memajukan sektor UMKM secara berkelanjutan, kita tidak hanya menggerakkan ekonomi lokal, tetapi juga meningkatkan kemandirian ekonomi nasional. Pemerintah, komunitas bisnis, dan masyarakat diharapkan terus mendorong perkembangan UMKM di Jawa Timur untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketimpangan, dan membangun ekonomi yang lebih inklusif.
“Mari bersama membangun UMKM yang tangguh, kompetitif, dan menjadi pilar ekonomi yang mampu bertahan menghadapi tantangan zaman. Dengan demikian, Jawa Timur akan terus menguatkan posisi sebagai pusat ekonomi yang berdampak luas bagi Indonesia,” ujar Mirza Esvanti, Mahasiswa S3 Universitas Negeri Malang. (*)