Ali Imron Berharap Indonesia Akan Menjadi Negara Gemah Ripah loh Jinawe, Dalam Menyongsong G -20

MOJOKERTO, optimistv.co.id – Para Founding Father telah mewariskan optimisme kepada anak bangsa, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia kelak pasti akan mendapati kondisi “gemah ripah loh jinawe”. Keadaan yang makmur, segala yang diperlukan bangsa demi kemakmuran diri nyata tersedia, “ucap Ali Imron, Ketua Yayasan Rumah Moderasi Mojokerto yang bermarkas di Desa Betro Kecamatan Kemlagi itu .

Salah satu pesan optimisme dimaksud dimuat dalam bait lagu SATU NUSA SATU BANGSA.
Ada bait yang berbunyi, “Tanah Air Pasti Jaya Untuk slama-lamanya”.
Saya suka menyampaikan kepada setiap orang, bahwa materi bait dimaksud memiliki “harga” setara dengan ramalan Jaya Baya yang banyak diagungkan. Bahwa kondisi Tanah Air yang jaya adalah sebuah berita langit (untuk menggantikan kata ramalan) yang kebenarannya mesti kita yakini” lanjut Ali Imron.

” Penyusun lagu sebagaimana dimaksud saya nilai sebagai pribadi yang memiliki jati diri setara dengan para penyusun materi Pembukaan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya juga memuat pesan besar bahwa bangsa Indonesia mesti bertekad untuk menghapuskan penjajahan dari muka bumi, serta mengambil peran aktif dalam menjaga perdamaian dunia”, kata Ali Imron lagi .

Berbicara tentang kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa kekayaan tambang Indonesia amat melimpah. Dan manakala kekayaan tambang bisa dijual tidak dalam bentuk bahan mentah (raw material yang harganya amat murah), maka Indonesia bisa mendapat nilai tambah ekonomi langsung yang berlipat-lipat.

Baca Juga:  Surya Citra Bahari Dukung Pelaksanaan Percepatan Program Vaksin Kodim 0820 Probolinggo

Sebagian hasil tambang jika diekspor ke luar negeri dalam bentuk setengah jadi, maka keuntungan yang didapat bisa mencapai belasan kali lipat.

Indonesia memang tidak sepatutnya menjual hasil tambang dalam wujud bahan mentah semata. Tetapi hasil tambang mesti dijual, minimal dalam bentuk setengah jadi. Syukur pula manakala ia bisa dijual dalam bentuk bahan jadi.

Upaya demikian memang butuh perjuangan yang tidak ringan. Banyak negara maju hendak “memaksa” Indonesia menjual hasil tambangnya dalam bentuk bahan mentah semata.
Negara maju suka membangun kemakmuran negeri mereka, dan bahkan memenuhi ambisi sebuah oligarkhi dengan “memaksa” negara-negara pemilik kekayaan alam untuk tunduk dalam tekanan dan kemauan mereka, negara maju yang nyata watak keserakahannya.

Indonesia mesti berjuang lewat berbagai upaya diplomasi, agar mendapatkan kesempatan untuk “merdeka” dalam menjual hasil kekayaan alam.
Indonesia harus mendapatkan hak kebebasan untuk mengelola bahan tambang sehingga berkesempatan untuk menjualnya dalam bentuk setengah jadi, atau bahan jadi, demi mendapatkan nilai tambah yang semestinya. Nilai tambah yang mesti diraih agar bangsa Indonesia mendapatkan kemakmuran yang sepatutnya.

Momentum pertemuan G-20 Oktober mendatang di Bali menjadi bagian penting dari arena perjuangan bangsa ini dalam memperjuangkan “kemerdekaan” pengelolaan hasil tambang sebagaimana dimaksud.

Baca Juga:  Pak Lutfi Serahkan Bantuan Bibit Bawang Merah ke Poktan Sumber Mulyo Pohrejo

Keberhasilan Indonesia dalam momentum pertemuan G-20 mendatang akan memberi keuntungan ribuan trilyun rupiah pertahun.
Keuntungan tersebut berasal dari selisih harga jual manakala bahan tambang bisa dijual dalam bentuk setengah jadi, atau bahan jadi.

Maka, dalam menyongsong pertemuan G-20 Oktober mendatang di Bali, bangsa ini harus memberi dukungan penuh kepada pemerintah untuk memperjuangkan hak-hak kemerdekaan yang luas dalam penjualan bahan tambang negeri sendiri.

Negara-negara maju harus menghormati hak kemerdekaan bangsa Indonesia dalam menentukan kebijakan pengelolaan bahan tambang. Mereka harus memandang Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan memiliki hak yang sama dalam meningkatkan kemakmuran negeri sebagaimana mereka.

Maka, semangat kita, warga bangsa harus bisa terbangun secara optimal demi memberi dukungan yang optimal demi memberi dukungan kepada para pihak yang nyata telah berjuang keras dalam tata kelola kekayaan alam secara baik.

Di masa penjajahan, kekayaan alam kita diekplorasi bangsa-bangsa serakah dengan cara yang culas dan amat merugikan kita.
Setelah kemerdekaan pun pengelolaan kekayaan alam dilakukan demi memenuhi nafsu setakah bangsa-bangsa maju, dan dengan merugikan bangsa Indonesia.

Kasus tambang Freeport, ataupun kasus blok-blok minyak potensial, sungguh telah merugikan bangsa Indonesia, dan malah memperkaya segelintir bangsa maju yang suka memaksakan kehendak kepada Indonesia. Bahkan mereka tak jarang juga mepakukan tindakan keculasan pula. Memunculkan kondisi disintegrasi, sebagaimana kasus terlepasnya Timor Timur dari pangkuan NKRI.

Baca Juga:  Gus Barra Berikan Bantuan Uang dan Beras Kepada Warga Talunongko yang Rumahnya Terbakar

Bukan rahasia pula, negeri-negeri Timur Tengah banyak porak poranda akibat keculasan negara maju yang membidik penguasaan sumber minyak dengan cara tak terpuji.

Semangat bangsa Indonesia hari ini harus bisa solid, agar perjuangan dalam upaya meningkatkan keuntungan dari tata kelola kekayaan alam dapat terwujud. Dukungan penuh mesti dimunculkan demi kesuksesan perjuangan dalam forum G-20.

Kita mesti fokus membangun dukungan bagi perjuangan dalam forum dagang G-20 mendatang.

Manakala perjuangan berhasil, maka ribuan trilyun rupiah pertahun dapat diraih oleh negara. Dan bahwa hal tersebut pasti berkelanjutan serta memberikan jaminan bagi anak cucu kita.
Tetapi, manakala kita gagal, maka pada hakekatnya bangsa ini tetap dalam kondisi terjajah serta kehilangan kesempatan untuk mewujudkan kemakmuran bagi negeri.

Mungkin, hanya segelintir orang semata, yang mereka adalah kaki tangan “neokolonialis” yang dapat menikmatinya. Dan sungguh, kita telah tahu siapa sesungguhnya “neokolonialis” yang Pak Karno pada masa lalu telah berulangkali memperingatkan kepada kita akan bahayanya.

Selamat berjuang bapak-bapak. Selamat mendukung kepada segenap warga bangsa. Momentum forum G-20 sesungguhnya amat menentukan bagi terwujud atau tidaknya kemakmuran negeri ini.

Reporter : Ririn Fadillah/ Kartono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *