Pasangan Bakal Calon Bupati dan wakil Bupati Jimad Sak Tek ke Pulau Mandangin

SAMPANG, mediabrantas.id – Pasangan calon Bupati dan wakil Bupati Sampang nomor urut 02, H Slamet Junaidi dan Ra Mahfud selain menyerap aspirasi masyarakat, mereka juga mampir ziarah ke makam Bangsa cara dan Raga padmi.

keduanya, Bangsa cara dan Raga padmi serta kedua anjingnya ini memiliki kisah yang menarik untuk dibaca dan di dengar, karena ada berbagai kisah yang menimpa keduanya.

Dirangkum dari berbagai sumber, kisah tersebut bermula dari sebuah kerajaan di daerah Sampang bernama kerajaan Pacangan, hiduplah seorang raja bernama raja Bidarba (baca; Bidherbhe).

Sang raja baik hati itu hidup dengan 7 orang putri yang cantik-cantik layaknya putri kerajaan lainnya. Sayang, putri ketujuh raja, yang bernama Raga padmi (Rage padmi) berbeda sendiri. Ia menderita sakit yang berkepanjangan. Ia sakit cacar parah dan lukanya menyerbak bau tidak enak. Putri yang sakit telah membuat nama kerajaan tercoreng.

Raja Bidarba mempunyai seorang perdana menteri yang sifatnya berkebalikan dengan sifat baiknya. Namanya adalah Bangsa Pate (Baca; Bheng sapate). Sifat dengkinya membuatnya selalu ingin menyingkirkan orang-orang yang dekat dan dipercayai Raja.

Baca Juga:  Komunitas Pekerja Sosial Kota Mojokerto Gelar Deklarasi Dukung Gus Muhaimin Presiden 2024

Salah satu musuhnya adalah Bangsa cara (Baca; Bhengsa cara). Lelaki ini adalah kaki tangan terdekat raja. Sifat penyayang dan jujurnya membuat raja selalu memberikan tugas-tugas penting padanya. Kepercayaan ini dicemburui oleh Bangsa pate karena ia tidak ingin ada satu orangpun yang lebih dekat dengan raja selain dirinya.

Dengan akal bulusnya, ia kemudian menemukan trik untuk menyingkirkan Bangsa cara. Ia lalu mendatangi sang Raja dan melaksanakan tipu dayanya.

Ia mengusulkan pada Raja untuk menyuruh Bangsa cara merawat Raga padmi. Awalnya Raja tidak mempertimbangkan hal tersebut. Tetapi, dengan bujuk rayu Bangsa Pate, raja kemudian memanggil Bangsa cara. Raja memerintahkannya untuk membawa Raga padmi ke desanya. Bangsa cara menyetujui perintah Raja dengan hati ikhlas.

Dengan hati yang tulus, Bangsa cara membawa Raga padmi yang tengah sakit parah ke desanya. Disanalah kemudian, ibunda Bangsa cara merawat Raga padmi dengan penuh cinta.

Baca Juga:  Tingkatkan Perekonomian Warga, Khusnul Arif NasDem Berikan Pokir Padat Karya

Luka-luka yang diderita Raga padmi diobati dengan daun-daunan yang telah diolah sedemikian rupa. Dengan sangat hati-hati, ibunda Bangsa cara merawat Din Aju (Raden Ayu) sampai raga padmi sembuh.

Berbulan-bulan setelahnya, saat Bang sacar kembali dari tempatnya bekerja, ia tertegun melihat kecantikan Raga padmi. Ia langsung jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Tetapi, Bangsa cara sadar betul bahwa ia hanya abdi kerajaan. Sangat tidak mungkin ia jatuh cinta pada tuannya. Maka, Bangsa cara memintanya kembali kepada ayahandanya.

Namun, Raga padmi menolak permintaan Bangsa cara karena ia juga mulai jatuh hati padanya. Bangsa cara yang awalnya tak bersedia, kemudian melunak dan menerima permintaan Raga padmi. Ia kemudian membina hubungan yang lebih jauh dengan sang putri dan tak pernah kembali ke Kerajaan.

Sang Raja, mulai menaruh curiga kepada Bangsa cara yang tak kunjung kembali. Ia kemudian mengutus Bangsa Pate untuk memeriksa kerumahnya di desa. Menerima perintah ini, Bangsa Pate langsung menuju kerumah Bangsa cara bersama beberapa orang prajurit.

Baca Juga:  Hari Bhayangkara ke76 Polres Jombang Mengadakan Bakti Sosial

Diketahuilah bahwa ternyata Bangsa cara telah menikah dengan Raga padmi dan hidup bahagia. Mengetahui tentang hal tersebut, timbul niat jahat dalam benak Bangsa Pate. Ia kembali ke Istana dan melaporkan semua yang ia lihat kepada Raja Bidar ba.

Raja Bidar ba yang dirundung sedih kemudian memerintahkan Bangsa Pate untuk mengembalikan Raga padmi ke kerajaan bagaimanapun caranya.

Akal licik Bangsa Pate mulai bergerak dan ia punya jurus ampuh untuk memisahkan Raga padmi dari Bangsa cara.

Ia datang kerumah Bangsa cara dan berpura-pura diutus raja. Ia mengatakan pada Bangsa cara bahwa Raja memintanya untuk memburu 300 ekor kijang untuk perayaan. Dengan sifat patuhnya, tanpa banyak bertanya, ia kemudian pamit pada Bangsa cara untuk berangkat memburu kijang di Pulau Mandangin.

Dengan berat hati, sang istri mengizinkan Bang car. (Abdul hadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *