KEDIRI, mediabrantas.id – Setelah melaksanakan do’a bersama di Makam Hadratus Syekh, KH. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahid Hasyim, dan Presiden Republik Indonesia Ke-4, yang juga Bapak Pluralisme, KH. Abdur Rahman Wahid (Gus Dur), di Tebuireng, pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kediri Nomor Urut 1, H. Deny Widyanarko – Dra. Hj. Mudawamah, M.H.I (Deny – Mudawamah) berziarah di Makam KH. Khozin, Pendiri Pondok Pesantren Darul Hikam, Desa Bendo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Saat tempat keramat yang lebih dikenal dengan Pondok Bendo ini, Paslon Deny – Mudawamah disambut ratusan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Bendo, sekaligus mengikuti do’a bersama dan Tahlil di makam yang berlokasi di barat masjid, Rabu, 25 September 2024.
Dra. Hj. Mudawamah, M.H.I dikonfirmasi mengatakan, semasa hidupnya, KH. Khozin dikenal sebagai sosok kharismatik dan jenius yang telah banyak mencetak tokoh-tokoh dan kyai ternama, bukan saja di wilayah Kediri, tetapi hampir seluruh penjuru nusantara.
“Alhamdulillah hari ini kami bersama Pak Deny bisa melanjutkan ziarah di makamnya Mbah Khayat, Mbah Yai Khozin, Bu Nyai Khozin, Mbah Yai Arwani, dan seterusnya, yang luar biasa. Beliau-beliau merupakan tokoh kyai yang kita fahami sebagai pendiri Pondok Pesantren Darul Hikam atau lebih dikenal dengan Pondok Bendo ini,” katanya.
Calon Wakil Bupati Kediri Nomor Urut 1 ini juga menjelaskan, KH. Khozin pertama menjadi santri (mondok) di tempat Syaikhona Kholil Bangkalan. Namun baru tiga bulan mondok, beliau sudah dijemput oleh kakaknya, Kyai Dahlan Jampes.
“Syaikhona Kholil berpesan kepada Mbah Yai Dahlan untuk segera menjenput Mbah Yai Khozin, karena ngentek ngenteki (menghabiskan) ilmu di Bangkalan. Artinya, hanya dalam waktu tiga bulan, Mbah Yai Khozin sudah menyelesaikan Kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghozali yang sangat fenomenal, kitab yang menghantarkan siapa saja untuk yang mengkajinya, mempunyai akhlak mulia,” ungkapnya.
Cawabup yang juga Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Kediri ini, oleh karena itu, KH. Khozin mempunyai santri pertama saat berusia 60 tahun, dan akhirnya wafat pada usia 130 tahun, tepatnya 24 Dzulqo’dah 1378 H atau 1 Juni 1959 Masehi. Sepeninggal KH. Khozin, Pondok Bendo dilanjutkan oleh penerusnya.
“Salah satu penerus Pondok Bendo yang sangat fenomenal ini adalah Mbah Yai Khayat, yang sampai sekarang ilmunya dikaji oleh para kyai-kyai tokoh Nadhlotul Ulama,” tuturnya.
Lebih lanjut mengungkapkan, jikalau Allah berkehendak Paslon Deny – Mudawamah memimpin Kabupaten Kediri, pihaknya berkeinginan menjadikan daerah tersebut kedepan yang nasionalis religius.
“Nasionalis dari sisi kecintaan kepada tanah air untuk terus membangun Kabupaten Kediri secara fisiknya, religius dari sisi akhlak dan mentalnya,” ulas Mudawamah. (Zainal)