Poli Urologi RSUD Jombang Semakin Terdepan

JOMBANG | optimistv.co.id – Tata laksana batu saluran Kencing bersama dr.Fakhri Surahmad, SpU, MKes, untuk mengetahui dan mengantisipasi timbulnya gangguan kesehatan pada saluran kemih maka patutlah kita mengetahui, serta mengenali gejala awal yang ditimbulkan oleh batu saluran kemih pada tubuh  anda sebelum membutuhkan penanganan yang lebih rumit.

Berkaitan dengan itu, Humas RSUD Jombang melakukan sosialisasi tentang  Batu Saluran Kemih, dalam upaya menekan banyaknya penderita pasien dengan keluhan saluran kemih yang belakangan ini relatif tinggi.

“Tingginya kunjungan ini karena RSUD Jombang menjadi rujukan Rumah Sakit (RS) sekitar. Seperti dari Kediri, Nganjuk, Lamongan. Hal ini karena di RSUD Jombang memiliki peralatan canggih,” kata Fakhri Surahmad (39 tahun), dokter Spesialis Urologi lulusan FKUA-RSDS Surabaya tahun 2014 ini, pada acara Humas RSUD  Jombang Menyapa….

Dokter Spesialis Urologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Jombang, dr Fakhri Surahmad, M.Kes., Sp.U menyampaikan, data secara global prosentase penderita penyakit ini mencapai 1 – 20 persen penduduk dunia.

Menurut dokter kelahiran Malang ini, perbandingan jenis kelamin penderita sekitar 3:1 (3 laki-laki : 1 perempuan), lebih sering terjadi pada usia 30 – 50 tahun. Komposisi batu yang terbentuk terdiri atas salah satu atau campuran dari kalsium oksalat, fosfat, asam urat.

Batu Saluran Kemih,  adalah jenis batu yang tersangkut di saluran kemih, bisa terjadi di ginjal, ureter maupun uretra. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit pada sistem kemih manusia, bisa diatasi tetap waspada atas keluhan dan gejala yang ditimbulkan.

Baca Juga:  Dua Rumah Ludes Terbakar, Diduga Konsleting Listrik

Jikalau masih berupa kristal kecil dan belum menimbulkan keluhan diharapkan bisa keluar/larut terbawa oleh air kencing. Akan tetapi, apabila batu kandung kemih menjadi besar bisa menyumbat saluran kemih, akan muncul keluhan nyeri saat buang air kecil, bahkan kencing bisa berdarah.

“Segera periksakan diri ke Rumah Sakit bila ada keluhan, sebelum menjadi penyakit yang berat,” saran dokter yang menyelesaikan pendidikan dokter umumnya di FK Unair tahun 2007 ini.

Gejala nyeri yang ditimbulkan bisa dirasa pada letak dibagian mana batu itu berada. Kalau dibagian ginjal akan terasa nyeri di pungung kiri atau kanan, kalau turun ke bagian ureter nyerinya hebat dan hilang timbul, tidak mereda hanya dengan istirahat. Apabila disaluran ureter dengan nama batu ureter, kalau di uretra disebut baru uretra, dan bila di buli, dinamakan batu buli.

“Gejala akutnya, adalah nyeri pinggang yang hebat, keluar keringat dingin, nyerinya menjalar sampai di perut bawah, bahkan sampai ke buah zakar. Gejala lain yang timbul adalah kencing darah, bila infeksi demam sampai menggigil dan bila sudah mengganggu fungsi ginjal akan berakibat mual dan muntah” tukasnya.

Ada beberapa penyebab umum timbulnya batu saluran kemih. Seperti adanya kelainan metabolik, kelainan infeksi, kelainan anatomik, dan kelainan fungsi saluran kemih.

Kelainan metabolik disebabkan oleh kelainan penyerapan zat makanan/minuman yang dikonsumsi di usus, serta kelainan penyerapan zat makanan yang diserap diginjal sehingga menimbulkan kristal/inti batu. Kelainan infeksi di saluran kencing yang  disebabkan saluran menyempit atau luka.

Baca Juga:  Kolaborasi Sukseskan Vaksinasi Covid-19 Bagi Awak Media

Kelainan fungsi, misalnya terjadi pembesaran prostat sehingga kencing tidak lancar, Sedangkan kelainan anatomik, itu dari kelainan bawaan dari lahir.

Menjawab pertanyaan yang disampaikan Giannita Prayoga reporter Humas RSUD Jombang Menyapa, Kamis (10/6/2021) tentang kesan di masyarakat bahwa konsumsi air rebusan bisa menyebabkan batu kemih. Dokter Magister Kesehatan alumnus UNS Solo tahun 2009 ini, menerangkan kejadian itu bisa disebabkan beberapa faktor.

Diantaranya faktor geografis, yaitu sumber mata air yang dikonsumsi, meliputi  unsur dominan kandungan yang ada dalam air, bisa kalsium lebih banyak, atau fosfor, atau garam mineral lainnya.

Pemicu timbulnya batu saluran kemih ungkap dokter Fakhri, ada faktor instrinsik, yakni dari tubuh penderita dan faktor ekstrinsik dari luar tubuh. Seperti kurang minum atau dehidrasi, dan kurang aktivitas. “Idealnya, dalam kondisi normal tubuh kita butuh minum air 2-3 liter/hari,” tandasnya.

Dia menambahkan, endapan batu mulai menimbulkan keluhan ketika ukuran batu mencapai 0,5 cm, karena sesuai dengan diameter ureter, apabila tidak segara ditangani, maka akan membutuhkan penanganan yang lebih rumit karena akan menganggu fungsi ginjal, ditambah lagi apabila pasien memiliki penyakit komorbid atau penyakit penyerta seperti DM atau gangguan jantung.

RSUD Jombang sebagai rujukan regional berupaya memberikan tatalaksana sesuai prosedur dan melengkapi dengan peralatan canggih terkini. Penanganan pasien disesuaikan dengan diagnosa dan kondisi penderita, mulai anamnesis, pemeriksaan fisik, dilanjutkan pemeriksaan penunjang seperti test darah, USG  dan CT scan untuk mengetahui posisi batu. RSUD Jombang juga telah dilengkapi alat Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) yakni terapi gelombang kejut untuk menghancurkan batu ginjal berukuran kurang 20mm/2cm tanpa sayatan.

Baca Juga:  Bupati Jombang Resmikan 5 Gedung Puskeswan

Pada penderita dengan batu ginjal berukuran lebih dari 20mm dilakukan tindakan Percutaneous Nefrolitotomi (PCNL), tetapi bila batu bentuknya memenuhi ginjal maka dilakukan bedah terbuka. Prosedur PCNL ini dilakukan dengan cara memasukkan alat nefroscope  kedalam ginjal untuk menghancurkan batu ginjal.  Alat tersebut dimasukkan melalui sayatan kecil (+-1cm) di pinggang.

Pelayanan Urologi RSUD Jombang ditunjang oleh dua orang dokter spesialis yaitu : dr. Fakhri Surahmad, M.Kes., Sp.U dan dr. Yohan Afandi, M.Ked.Klin., Sp.U. Pelayanan rawat jalan buka setiap hari Senin – Jumat. Kunjungan pasien rawat jalan saat ini tercatat kurang lebih 20 orang per hari. Jumlah ini menurun karena pandemi Covid-19, yang sebelumnya bisa kurang lebih 40 orang pasien/hari yang melakukan pemeriksaan.

Spesialis Urologi ini mengingatkan, penanganan pasien kalau bisa dilakukan lebih awal. Karena pasien dengan riwayat batu maka kemungkinan besar dalam waktu 5-10 tahun bisa kambuh, sebab itu butuh evaluasi rutin secara periodik setiap 3-6 bulan. “Evaluasi tersebut meliputi pengaturan diet sesuai kandungan batu, pemeriksaan lab dan USG secara berkala sehingga kekambuhan yang terjadi bisa diatasi lebih dini dan penangananannya akan lebih sederhana,” tutup dr Fakhri Surahmad.

Reporter : Budi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *