MADIUN, mediabrantas.id – Aroma sedap langsung terasa begitu memasuki rumah produksi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Supar Wicaksono keripik tempe Putri Ayu RT 10 RW 3 Desa Kedungmaron, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Senin 12 Juni 2023.
Aroma tersebut berasal dari wajan penggorengan ibu rumah tangga yang bekerja dirumah produksi makanan ringan tersebut. Begitulah suasana keseharian yang ditemui ketika melongok rumah produksi makanan ringan Supar Wicaksono Desa Kedungmaron kesibukan usaha keripik tempe tersebut bergeliat kembali meningkat naiknya permintaan.
“Kita membikin tempe keripik hari biasa 10 lonjor kalau ramai sampai 25 lonjor, satu lonjor dipotong-potong (dirajang) menjadi 100 biji, dan untuk pemasaran sekitar Caruban, jadi sudah langganan ke warung dan toko, ada yang dibungkus plastik dan toples, dengan harga pariatif ada Rp 30 ribu, Rp 50 ribu dan harga Rp 60 ribu, tergantung permintaannya,” kata Supar Wicaksono, Senin 12 Juni 2023.
Supar Wicaksono menambahkan kemarin waktu Covid-19 juga berjualan terus, kendala saat ini bahan bakunya dele naik, minyak goreng, serta tepung naik.
“Untuk penggorengan saya 1 glondor tempe mentah beli seharga Rp 9500,- dalam satu hari menggoreng 10 glodor tempe mentah, berharap pemasaran bisa meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kedungmaron, Sudiman menambahkan produksi tempe keripik sudah lama sekitar 10 tahun, dulu pernah buat keripik pisang, mungkin karena kendala modal, untuk pembuatan keripik tempe, dia beli tempe mentah dirajang sendiri, diloper sendiri, satu keluarga anak istri ikut kerja.
“Alhamdulillah jualannya lancar sampai sekarang, berharap ingin mengembangkan produksi keripik tempe, tapi orang tidak semudah itu, butuh ketlatenan, kalau ngak tlaten mungkin tidak jadi. Memang Supar Wicaksono ulet sekali, dulu pernah bikin keripik jamur, sekarang bikin keripik tempe, pasarannya diluar Kecamatan,” ujar Kepala Desa Kedungmaron.
Kepala Desa Kedungmaron, Sudiman melalui Kasun Kedungmaron 3, Suwarno juga menambahkan banyak yang berlangganan dikirim keluar Jawa, dikirim keripik tempe dari sini.
“Berharap dengan adanya produksi keripik tempe ini, harga bisa standard, bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, bisa meniru seperti Supar Wicaksono, berharap Dinas Perindustrian bisa mendukung dan mengembangkan UMKM Desa Kedungmaron,” jelasnya.
Masih menurut, Suwarno, selama ini masyarakat Desa Kedungmaron sudah mengikuti pelatihan menjahit, membuat anyaman tas, membuat pupuk bogasi dan pelatihan bio gas.
“Di Desa Kedungmaron selain keripik tempe, ada produksi tempe, tahu, tape ketan, tape ketela, kalau dulu terkenal genteng Sentono pasarannya sampai Ngawi dan Bojonegoro, karena perkembangan jaman hampir 5 tahun tidak produksi,” katanya.( Sugeng Rudianto).