Proyek P3TGAI Desa Wringinanom Diduga Asal Dikerjakan

PONOROGO, optimistv.co.id – Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air lrigasi (P3-TGAI) di Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang menghabiskan dana sekitar Rp. 195 juta dari APBN, nampaknya kini menuai kekecewaan warga. Pasalnya, proyek yang dikucurkan pemerintah pusat dalam rangka peningkatan infrastruktur pertanian itu diduga pengerjaannya asal jadi saja.

Seorang warga yang ditemui di lokasi proyek dan meminta namanya tidak disebutkan, mengungkapkan kekecewaannya dan menunjukkan adanya temuan beberapa titik kerusakan di bangunan saluran irigasi tersebut.

“Kecewa banget, saluran tidak bisa dipakai, kalaupun dialiri air hanya lima puluh persen yang sampai, dan sisanya amblas,” kata seorang petani ini dengan nada kesal.

Dia juga menunjukkan beberapa retakan vertikal di dinding saluran, serta retakan horizontal di lantai dasar bangunan. Selain itu terdapat sekitar 20 meter pengerjaan yang juga diduga tidak sesuai RAB, karena ada pengalihan lokasi dari titik yang seharusnya, meskipun hanya berada tidak jauh dari lokasi semestinya.

Baca Juga:  Ning Ita Bantu Warga Terkena Musibah Angin Puting Beliung

“Kuat dugaan bahwa pengalihan sebagian bangunan tersebut juga tanpa menggunakan CCO (Contract Change Order) yang merupakan keterangan akan revisi ataupun perubahan dari rencana awal pembangunan,” ucapnya.

Hal ini juga sempat diceploskan oleh Junjung, Ketua HIPPA Desa Wringinanom dalam pertemuannya dengan awak media saat dikonfirmasi pada Rabu (21/9) di balai desa setempat.

“Dahulu saat perencanaan belum bisa dibebaskan. Akhirnya karena volumenya harus (sesuai), sehingga dialihkan di pinggir (seberang) jalan,” tuturnya.

Sedangkan mengenai kekurangan sepanjang 20 meter, menurut Junjung akan disambungkan atau dibangun pada tahun 2023 mendatang, dan menjadi tanggungan desa.

Sementara itu, Kepala Desa Wringinanom, Sutini dikonfirmasi mengatakan, kerusakan berupa beberapa retakan itu dikarenakan struktur tanah, dan musim kemarau yang mengakibatkan tanah nelo nelo (gersang dan pecah).

“Tanahnya disini kan nelo nelo gitu, jadi ya pasti sangat berpengaruh,” terang Kades Sutini.
Reporter : Bambang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *