PASURUAN | optimistv.co.id – Usai pemberitaan diberbagai media tentang sering tutupnya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Wonorejo, Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pasuruan angkat bicara.
Ditemui di ruang kerjanya di komplek perkantoran Pemkab Pasuruan, Raci Bangil, pada siang tadi senin (10/01/2022), Kadis Peternakan, Diana Lukita Rahayu menepis bila RPH Wonorejo dikabarkan tutup.
Perempuan berjilbab ini malah menegaskan bila seluruh RPH di Kabupaten Pasuruan, tak terkecuali di Wonorejo, buka 24 jam. Semua RPH, terangnya, wajib melayani konsumen (Jagal).
“Memang bukan buka dari jam 1 sampai jam 1 lagi, selesai memotong sapi, ya kita tutup. Kalau ada yang datang mau motong, ya kita buka lagi. Memang seperti itu,” jelasnya.
Permasalahan di RPH Wonorejo dikatakan Kadis yang lahir di Blitar ini, karena RPH tersebut sepi peminat. Petugas jaga akhirnya memilih menutup pagar.
“Masalahnya kalau Jagalnya tidak memotong ditempat kita, otomatis kita tutup. Makanya terkesan enggak ada aktivitas sama sekali. Tapi ada itu petugasnya di dalam,” tegasnya.
Ia menjabarkan, alasan petugas sering tak muncul. Petugas RPH, sebutnya, takut dengan kejadian terdahulu. Ia menceritakan, dulu RPH acap kali disatroni oknum-oknum yang mencoba mengonfirmasi data dan mengambil gambar di dalam bangunan.
“Petugasnya itu takut. Dulu pernah ada yang minta data sama petugas di sana. Nah, mereka ini takut salah jawab. Makanya mereka memilih diam di dalam,” ungkapnya.
Namun, ia sudah mengambil kebijakan terhadap hal ini. Ia sudah memberi arahan untuk tidak menggembok pintu dari luar. Cukup digerendel dari dalam.
“Sudah saya kasi arahan para petugas di sana. Biar kedepannya tidak lagi menggembok pintu dari luar. Usahakan dikunci dari dalam saja. Biar tidak terkesan tutup,” terangnya.
Keluhan Jagal yang merasa RPH hanya buka saat Idul Adha juga ditolak oleh perempuan berpanggilan akrab Diana ini.
Menurutnya, RPH diharuskan berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tidak mungkin, lanjutnya, RPH malah tutup dan buka hanya musiman saja.
“Ya enggak mungkin kalau kami menutup RPH. Karena kan ditarget PAD. Lah, kalau tutup apa bisa tercapai targetnya. Jadi enggak benar kalau buka cuma Idul Adha saja,” tegasnya.
Data yang diterima media ini , RPH Wonorejo menduduki ranking terendah dari 10 RPH lainnya untuk urusan retribusi.
Padahal, menurut Diana, pihaknya sudah melakukan segala upaya sosialisasi mengajak jagal memotong di RPH tersebut.
“Sudah kami adakan penyuluhan, pasang banner, juga sosialisasi biar para jagal memotong di RPH Wonorejo. Kami sangat terbuka asalkan sesuai dengan aturan,” ujarnya.
Aturan yang ia maksud adalah larangan memotong sapi betina produktif. Selama sapi tersebut jantan atau betina yang tidak produktif, pihaknya menerima dan tak pernah menolak.
“Jadi kalau dikatakan kami menolak atau mempersulit itu tidak benar. Pernahkah saya menolak Jagal saat mau memotong sapi jantan. Enggak pernah saya menolak,” bebernya.
Justru dengan aturan semacam ini, pihaknya menginginkan adanya kerjasama yang baik antara Dinas Peternakan dengan para Jagal. Ia mengajak seluruh Jagal untuk memanfaatkan RPH sebaik mungkin.
“Ayo lah sama-sama kita bersinergi. Kami juga fungsi nya ngemong juga melayani masyarakat dalam hal ini Jagal. Mari kita manfaatkan RPH semaksimal mungkin,” ajaknya.
Kedepan, perempuan kelahiran 1969 ini akan memanggil seluruh Jagal. Agendanya sosialisasi terkait aturan pemotongan sapi betina.
“Intinya betina produktif enggak boleh. Susah memang menyadarkan para Jagal untuk tidak memotong sapi betina produktif. Tapi memang itu sudah menjadi tugas kami,” tutupnya.
Sebelumnya diberitakan oleh optimistv.co.id Jumat (07/01/2022), para Jagal di sekitaran Wonorejo, Kabupaten Pasuruan gusar karena RPH Wonorejo sering tutup.
Para Jagal juga berang karena merasa dipersulit untuk memotongkan sapi di RPH tersebut. Padahal di RPH lain tak ada kesulitan berarti.
Imbas dari tutupnya RPH ini, para Jagal mau tak mau harus memotong sapi di kandang atau di rumahnya masing-masing yang notabene malah bertentangan dengan Perbup.
Reporter : Andik /dra