MOJOKERTO, mediabrantas id
Active Case Finding (ACF) sebagai salah satu akselerasi program penanggulangan Tuberkulosis (TBC) untuk meningkatkan penemuan kasus TBC undetected melalui upaya aktif mencari orang yang berisiko, bergejala dan melakukan deteksi.
Kegiatan ACF di Kabupaten Mojokerto telah dilakukan sejak awal Februari 2024 secara terjadwal di 27 Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dengan model skrining pada kelompok berisiko menggunakan mobile Chest x-ray (CXR).
Skrining menggunakan CXR dinilai lebih sensitif dibanding skrining dengan pendekatan gejala, mengingat sebagian besar pasien TBC yang terdiagnosis tidak memiliki gejala khas TBC.
Sejalan dengan hal itu maka UPTD Puskesmas Pesanggrahan melaksanakan kegiatan ACF ini pada tanggal 28 Februari & 29 Februari 2024. ACF ini melibatkan sasaran dengan risiko tinggi seperti kontak serumah dan kontak erat penderita tuberculosis.
” Tim kerja zero TBC berkolaborasi bersama tenaga kesehatan di Puskesmas Pesanggrahan melakukan pemeriksaan pada kegiatan active case finding ini. ucap dr. Kristian Aribowo kepada wartawan media ini.
dr. Kristian Aribowo menjelaskan, Dari Dua Hari Kegiatan ini total peserta yang mengikuti sejumlah 219 orang, 219 orang telah di rontgen, 37 orang telah di cek dahak TCM, dan 39 telah di tes tuberkulin. ” Kami berharap kegiatan ACF TBC UPTD Puskesmas Pesanggrahan Tahun 2024 mampu mengoptimalkan angka penemuan kasus TBC secara aktif dan masif pada kelompok komunal yang berisiko tinggi atau rentan terhadap penularan dan penyebaran di dalam komunitas, khususnya di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pesanggrahan,” harap dr. Kristian Aribowo dengan mimik serius.
Dalam kesempatan ini dr. Kristian juga menekankan pentingnya kegiatan ACF TBC dalam meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan menjaga pola hidup sehat bagi masyarakat. “Kegiatan ACF TBC diharapkan mempercepat penanganan penyakit TBC terhadap masyarakat. sekaligus menanamkan kesadaran akan pentingnya kesehatan serta menjaga pola hidup sehat bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar mereka ” lanjut dr. Kristian Aribowo mengkhiri wawancaranya kepada para wartawan.
( Kartono )
