MADIUN (OPTIMIS) -Program percepatan peningkatan tata guna irigasi (P3TGAI) di Desa Bajulan, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun berjalan lancar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Proyek dengan metode swakelola, pemberdayaan, partisipatif, dan padat karya yang melibatkan masyarakat setempat melalui HIPPA (himpunan petani pemakai air) dengan pengarahan dari balai besar wilayah sungai (BBWS) provinsi Jawa Timur.
Kepala Desa Bajulan, Hari Purnomo, SE mengatakan pembangunan irigasi mulai pekerjaan pembangunan tiga mingguan di Dusun Tempuran RT 14, 15 sampai RT 16, Desa Bajulan .
“Desa Bajulan ada tiga Dusun antara lain Dusun Bajulan, Dusun Cangkring dan Dusun Tempuran, untuk Dusun Bajulan 5 sampai 10 tahun sawahnya habis, karena pertama ada jalan tol, kedua ada perumahan, dan ketiga ada pabrik GWI, sebelah barat sudah hilang posisinya tinggal 5 sampai 6 hektar, sebelah timur kena pasar hewan dan perumahan,” kata Hari Purnomo, Senin 6 Juni 2022.
Lebih lanjut, Hari Purnomo menambahkan untuk Dusun Tempuran ini langsung gandeng (berdekatan) Dusun Cangkring ,ada tersiernya murni, lanjut – lanjut areanya lebih dari 35 hektar.
“Tapi dengan catatan jalan pembuka atau jembatan baru, nasibnya ngak tau nanti, soalnya ada investor masuk karena alasan jalan, semoga saja investor tidak masuk, kita pertahankan untuk sawah,” harapnya.
Hari Purnomo berharap dengan adanya P3TGAI ( program percepatan peningkatan tata guna air irigasi) ada peningkatan hasil pertanian, karena sudah berjalan dengan baik, biasanya dua kali padi.
“Alhamdulillah, sebelum proyek P3TGAI sudah masuk program sumur sibel besar, dalam artian ada kesinambungan antara sumur sibel besar dengan P3TGAI ini,” ujarnya.
Masih menurut Kepala Desa Bajulan, jadi harapanya nanti airnya juga lancar, pertanianya juga bisa menghasilkan maksimal, terus ke depanya, semoga saja masih ada program seperti ini, untuk meneruskan satu step 525 meter sampai 530 meter yang belum.
“Desa sudah menyediakan lahanya tahun 2021 termasuk jalanya biarpun hanya dua meter, maklum Desa Bajulan, Desa kecil penduduknya hanya 3000 jadi untuk Dana Desa dan lain-lainya dibawah 1 milyar, Alhamdulillah ada P3TGAI, untuk pekerja asli warga lokal, semua sama-sama handarbeni (merasa memiliki) karena kemarin di sosialisasikan dua sampai tiga kali dikerjakan sendiri,” terang Hari Purnomo.
Dia menambahkan kendala salah satunya langsir material, separuh jalan separuh langsir.
“Langsir ini per separuh dum truk biayanya hampir Rp 200 ribu, kali sekian, karena lokasi di persawahan bukan di perumahan jalanya agak jelek, apalagi musim ini, seharusnya kemarau kenyataanya masih hujan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Hippa (himpunan petani pemakai air) Tirto Karyo, Bambang Asmianto menambahkan untuk pembangunan P3TGAI dengan volume 358,5 meter dibulatkan 360 meter, kanan kiri pakai rain( batu pecahan) dengan tinggi 50 cm, lebar bawah 40 cm, lebar atas 50 cm dan sabuk 10 cm, pekerjaanya sudah 40 persen, tarjet 2,5 minggu sudah seratus persen selesai.
“Kendala untuk material, untuk batu pecahan susah, sedangkan tenaga lancar karena pemberdayaan lingkungan, pekerjanya disini yang punya lahan, kita cuma pengendali, bisa dicek masalah campuran, untuk cuaca ngak pengaruh biarpun gerimis tetap bekerja, cuma kendala di material, satu hari satu atau dua truk,” bebernya.
Reporter : Sugeng Rudianto