BANYUWANGI, mediabrantas.id – Banyuwangi merupakan daerah yang memiliki banyak potensi sumber daya yang melimpah, terutama di sektor laut, pertanian, pariwisata, dan lain sebagainya.
Hal tersebut membuat Banyuwangi memiliki banyak mata pencaharian, antara lain seperti nelayan, petani, pedagang, dan yang lainnya. Hal tersebut bisa menjadi pendorong perekonomian di Banyuwangi itu sendiri, Pulau yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini terkenal akan daerahnya yang masih tradisional, alias masih banyak melestarikan kepercayaan, budaya, dan adat istiadat masyarakat setempat.
Ada beberapa potensi potensi sumber daya yang ada di Banyuwangi untuk pertumbuhan ekonominya.
Potensi sumber daya laut di wilayah perairan
Banyuwangi dikelilingi oleh Selat Bali di bagian sebelah timur yang memisahkan antara Jawa dan Bali, serta Samudra Hindia (Samudera Indonesia) di sebelah selatan.
Dengan luasnya perairan tersebut membuat perairan di sekitar Banyuwangi memiliki hasil sumber daya yang sangat melimpah, terutama di sektor perikanan. Biasanya nelayan di Banyuwangi memulai kegiatan melaut pada sore hari, sekitar pukul 14.00-16.00 WIB, dan kembali pada dini hari, yaitu antara pukul 04.00-09.00 WIB, sambil menghitung hasil tangkapan yang sudah didapatkan.
Tetapi jadwal ini dipengaruhi dan bergantung pada fenomena angin darat dan angin laut untuk memaksimalkan para nelayan saat penangkapan ikan.
Di Banyuwangi juga terdapat sebuah pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa dan menjadi salah satu penghasil ikan terbesar di indonesia.
Kepala Bidang Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi, Untung Widiarto mengatakan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muncar sebelumnya pemasok ikan terbesar di Indonesia, namun hal itu menurun akibat anomali cuaca yang mempersulit nelayan sedang berlayar, serta kegiatan overfishing sehingga membuat hasil tangkapan terus menurun. Kondisi perairan Muncar di Selat Bali bisa dikatakan pulih bila hasil tangkapan nelayan bisa mencapai 36 ribu ton per tahun. Di Pelabuhan Muncar sendiri, Ikan Lemuru menjadi komoditas utama tangkapan nelayan.
“Sampai saat ini, di sekitar perairan Pantai Banyuwangi banyak dijumpai armada penangkapan tradisional maupun modern yang beroperasi dengan menjadikan Ikan Lemuru sebagai ikan tangkapan utama, namun tidak menutup kemungkinan juga banyak hasil tangkapan jenis ikan lain,” ungkap Untung, Senin (25/8).
Di Muncar terdapat sebuah tradisi masyarakat yang dinamakan Petik Laut. Tradisi ini merupakan suatu upacara adat masyarakat pesisir, khususnya untuk para nelayan yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang sudah mereka dapatkan selama ini.
Upacara Petik Laut ini biasanya dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada bulan Suro (penanggalan Jawa) atau setelah musim panen ikan tiba. Prosesi upacaranya sendiri biasanya para nelayan bersama sesepuh adat menyiapkan berbagai sesaji, seperti kemenyan, tumpeng, hasil bumi, hasil laut, bunga, dan kepala sapi atau kambing.
Setelah itu sesaji yang sudah disiapkan ditempatkan di sebuah perahu yang sudah di hias sedemikian rupa, kemudian diarak menuju laut dengan diiringi musik tradisional, seperti gamelan dan lain lainnya. Setelah perahu yang sudah ditarik ke tengah laut, lalu dilarung sebagai simbol persembahan dan do’a keselamatan, setelah itu diakhiri oleh doa bersama untuk hasil laut yang melimpah dan keselamatan bagi para nelayan.
Selain acara sakral, acara Petik Laut ini biasanya diramaikan oleh berbagai hiburan seni khas Banyuwangi, seperti Tari Gandrung, Kuntulan, dan Barong.
Disana juga terdapat pasar rakyat dan berbagai acara lainnya untuk meramaikan acara tersebut, sehingga membuat daya tarik para wisatawan untuk berkunjung.
“Hal tersebut dapat memperkenalkan kearifan lokal yang ada di daerah Banyuwangi itu sendiri serta dapat memajukan perekonomian masyarakat tak hanya dari sektor industri saja, namun juga dapat memajukan perekonomian di sektor pariwisata,” pungkasnya. (*/Amarta)