SAMPANG, mediabrantas.id – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim melaksanakan ziarah ke makam Raden Panji (RP) H. Muhammad Noer, Gubernur Jawa Timur periode 1967–1976, di Sampang. Kegiatan ini menjadi simbol penghormatan mendalam terhadap sosok pemimpin visioner yang berjasa besar bagi pembangunan Jawa Timur, khususnya Madura.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak hadir mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa dalam ziarah tersebut. Dalam kesempatan itu, Emil menyampaikan bahwa semangat dan keteladanan almarhum Muhammad Noer patut dijadikan inspirasi dalam menatap masa depan pembangunan daerah.
“Almarhum Muhammad Noer dikenal memiliki tekad luar biasa dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Madura. Bahkan cita-cita beliau untuk menghubungkan Pulau Jawa dan Madura melalui Jembatan Suramadu kini telah menjadi kenyataan,” ungkap Emil dengan nada haru.
Emil menambahkan, Jembatan Suramadu bukan sekadar infrastruktur, tetapi simbol penggenapan tekad seorang pemimpin yang mencintai rakyatnya.
“Jenazah beliau pun sempat melewati jembatan itu, seolah menjadi bukti bahwa perjuangan beliau tidak berhenti sampai akhir hayat,” tuturnya.
Sebagai tokoh yang tumbuh di lingkungan abdi negara, Emil juga mengungkapkan keterikatan personal dengan warisan pembangunan tersebut.
“Ayah saya dulu pernah terlibat dalam proyek pembangunan Suramadu. Jadi, momen ini terasa sangat bermakna bagi saya,” tambahnya.
Lebih jauh, Emil menegaskan bahwa cita-cita besar Gubernur Muhammad Noer belum sepenuhnya tuntas. Madura, kata dia, masih membutuhkan percepatan pembangunan secara menyeluruh – bukan hanya infrastruktur, tapi juga peningkatan sumber daya manusia dan ekonomi lokal.
“Kita sudah melihat kemajuan, dari Jalan Muhammad Noer sampai ke Sampang kini lebih lebar dan tertata. Namun semangat membangun Madura harus terus dilanjutkan,” tegasnya.
Selain jalan, Pemprov Jatim juga tengah menuntaskan pembangunan Rumah Sakit Provinsi Muhammad Noer, yang nantinya menjadi rumah sakit rujukan utama di wilayah Madura. Fasilitas tersebut diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat Madura terhadap layanan kesehatan di Surabaya.
“Sudah saatnya Madura memiliki rumah sakit provinsi sendiri. Ini bukan hanya bentuk penghargaan terhadap nama besar almarhum Muhammad Noer, tetapi juga wujud nyata pemerataan pelayanan publik di Jawa Timur,” pungkas Emil. (Hadi)