MADIUN | optimistv.co.id – Berbagai cara dilakukan warga untuk mengusir (pagebluk) covid-19 di Desa Gemarang, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, kesenian Dongkrek dipercaya bisa mengusir pagebluk atau wabah penyakit.
Kepala Desa Gemarang, Suprapti menjelaskan, 8 persen dari dana desa yang ada, harus dioptimalkan untuk apapun yang berkaitan dengan penanganan Covid-19, misalkan untuk pengadaan masker, disinfektan, fasilitas cuci tangan, pembuatan posko Covid-19 dan banner himbauan.
“Dana Desa tersebut juga bisa digunakan untuk menyuplai logistik bagi masyarakat yang tengah isoman mandiri,” ujar Suprapti, Jum’at, 6 Agustus 2021.
Suprapti menambahkan untuk satu desa yang meninggal dunia akhir bulan Juni-Juli ada 10 orang meninggal dunia karena kena Covid-19, dan sekarang sedang isoman ada 14 orang.
“Untuk Desa Gemarang BLT-DD (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa) kalau dirupiahkan sampai sekarang 500 juta untuk penangan Covid-19, karena sudah aturan dari tiga Kementerian, desa cuma mengikuti saja,” jelas Suprapti.

Lebih lanjut, Suprapti menjelaskan BLT-DD yang menerima 95 KK (kepala keluarga) yang kena dampak Covid-19.
“Penerima beda antara BST sudah dapat lainya ngak dapat, sedangkan dapat BPNT tidak dapat PKH, itu saja bantuan banyak ada warga miskin belum tersentuh bantuan apapun,” ungkap Kepala Desa Gemarang.
Beliau merincikan, kebetulan kemarin ada bantuan beras dari Polri dan Kodim membagikan beras 5 Kg di berikan warga yang tidak mampu yang belum tersentuh bantuan. Tapi anehnya kemarin Desa Gemarang program Dolog dari pusat yang dibantu sudah yang dapat bantuan PKH dan BST itu tidak merata, sedangkan yang mendapat PKH 48 KK yang mendapat bantuan beras dari Dolog setengah dari jumlah yang mendapat PKH.
“Akhirnya menimbulkan ke cemburuan sosial dari masyarakat, otomatis pemerintah desa jadi sasaran marah masyarakat, penyaluran beras Dolog ada korlap memantau data dari pusat turun ke bawah,” jelasnya.
Pihaknya juga berharap Vovid-19 ini segera hilang biar suasana nyaman. Menurutnya sekarang suasana tidak nyaman, masyarakat banyak yang menganggur, ekonomi bobrok, anak sekolah bodoh, mau aktifitas takut.
“Masyarakat saya di Dusun Mundu mengadakan slametan sodakoh di lingkungan RT berharap Covid-19 segera hilang dengan mengadakan Dokrek untuk mengusir pagebluk. Tapi oleh aparat penegak disiplin Covid-19 tidak boleh, karena menimbulkan kerumunan,” ulasnya.
Hal ini sempat viral sampai ditegur Kapolsek dan Kapolres, akhirnya Dongkrek tidak dibolehkan oleh pihak satgas kecamatan dan polsek. Padahal itu kan kepercayaan masyarakat. Namanya Dongkrek itu dilaksanakan 7 malam slamatan pembukaan dan slamatan penutupan, akhirnya dihentikan di tengah-tengah otomatis masyarakat kecewa.
“Itu yang dilanda sakit masyarakat, yang dilanda meninggal dunia juga masyarakat, tetapi disisi lain penegak disiplin tidak ada kebijakan,” keluh Suprapti.
Selanjutnya disebutkan Suprapti, ini ciri khas lingkungan Desa Gemarang, tetapi tidak ada kebijakan sama sekali.
“Covid-19 ini jaman dulu dikenal dengan istilah pagebluk, dan itu tidak ada obatnya, karena dari Alloh. Dongkrek dikelilingkan dianggap kerumunan, akhirnya 7 malam dihentikan di tengah-tengah, dan masyarakat ada yang ngak puas,” tuturnya.
Masih nenurut Supripti, pandemi Covid-19 ini menimbulkan kerugian di semua bidang.
“Di bidang pemerintahan tak berdaya, di bidang pendidikan juga ngak berdaya, di bidang ekonomi tambah parah karena banyak orang ngak kerja, pengganguran banyak, orang meninggal dunia banyak, hampir tiap hari Desa Gemarang ada orang meninggal dunia,” ungkap Suprapti.
Reporter : Sugeng Rudianto